Selasa, 26 November 2013

[Polling] Collins Class RAN: Lawan Tanding Terberat Armada Kapal Selam TNI AL


SHIP_SSK_Collins_Bow_Launch_lg


Sejak pertama kali digunakan dalam kancah peperangan, sosok kapal selam telah merebut perhatian sebagai kekuatan strategis yang menentukan. Selain ditakuti tatkala perang berlangsung, di masa damai pun kapal perang mengemban misi pengintaian dan patroli maritim yang efektif. Dilihat dari reputasinya dalam banyak laga, maka alutista yang kerap disebut sebagai silent warrior ini begitu diminati oleh banyak negara. Tak ayal, keberadaan armada kapal selam dapat meningkatkan daya deteren militer suatu negara.



Dari kilas balik sejarah, Indonesia tak terbantahkan sebagai pelopor eksistensi kapal selam di wilayah Asia Tenggara. Dalam persiapan operasi Trikora, di tahun 60-an Indonesia pernah jadi jawara kapal selam dengan 12 unit kapal selam kelas Whiskey. 

Tapi seiring dinamika politik dan pertahanan global, kini justru kondisi berbalik, justru Indonesia menjadi yang tertinggal dalam update kapal selam. Lepas dari soal kehandalan kualitas awak dan kecanggihan kapal selam masing-masing negara, maka sejak tahun 1990-an Indonesia tak lagi menjadi kekuatan nomer satu kapal selam di Asia Tenggara, pasalnya Singapura dan Malaysia telah membeli versi kapal yang lebih canggih dengan jumlah sama atau lebih banyak.

Karena punya nilai strategis, kapal selam pun selalu disebut-sebut di awal bila terjadi konflik atau potensi perang antar dua negara. Selain keberadaan jet tempur, kapal selam digadang sebagai penentu jalannya peperangan. Dan itu sudah terbukti saat berlangsungnya perang Malvinas pada tahun 1982. Dalam konteks Indonesia, dua unit kapal selam Type 209 TNI AL (KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402) tak pernah absen disebut saat hubungan Indonesia – Malaysia memanas. Semisal saat konflik blok Ambalat meletus, Type 209 TNI AL kerap dibandingkan dengan dua unit Scorpene class TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia).

Changbogo class, 3 unit akan memperkuat TNI AL
Changbogo class, 3 unit akan memperkuat TNI AL

Kilo class, inilah kapal selam idaman untuk TNI AL
Kilo class, inilah kapal selam idaman untuk TNI AL

Lain lagi dengan Singapura (RSN/Republic of Singapore Navy), negara pulau dengan teritori laut kecil ini bahkan punya 6 unit armada kapal selam. Menurut kabar disekitaran tahun 2004 – 2005, pemerintah Indonesia sampai menyiapkan jalur untuk kapal-kapal selam Singapura. Hal ini merupakan buntut dari peringatan keras Presiden RI Abdurahman Wahid kepada TNI AL untuk mengawasi manuver kapal selam Singapura. “Kalau mereka berada di luar jalur yang ditetapkan, maka kita harus berani mengambil tindakan,” ujar Gus Dur waktu itu.

Nah, yang paling hangat saat ini adalah sosok militer Australia. Akibat buntut dari isu penyadapan intelijen Australia terhadap pejabat tinggi Indonesia, hubungan RI dengan Negara Kangguru menjadi memanas, mungkin sepanas saat lepasnya Timor Timur dari pangkuan NKRI di tahun 1999. Namanya juga isu panas, ditambah sikap pemerintah Australia yang pasif, isu lain pun dengan mudah dikipas ke publik, yakni membandingkan kekuatan militer RI – Australia, publik di Indonesia serasa ingin diyakinkan bahwa TNI mumpuni dibanding militer Australia. 

Yang diterawang pertama adalah bagaimana bila terjadi duel udara antara Su-27/30 Flanker TNI AU vs F/18 Super Hornet RAAF. Dan, pastinya pula soal kualitas kapal selam kedua negara. Perlu dicatat RAN (Royal Australian Navy) punya 6 unit armada kapal selam kelas Collins. Bola panas khas era Perang Dingin pun terus menggelinding hingga tulisan ini dibuat.

HMAS Waller, salah satu Collins class RAN
HMAS Waller, salah satu Collins class RAN

Polling Indomiliter

Berangkat dari peran strategis kapal selam, Indomiliter.com sejak 3 sampai 25 November 2013 menggelar polling dengan pertanyaan, “Tahun 2015, TNI AL akan diperkuat armada kapal selam kelas Changbogo U209-1500 dari Korea Selatan. Menurut Anda, siapakah yang bakal menjadi lawan terberatnya?” Polling melibatkan total 726 responden dengan metode one IP one vote.


Meski kebanyakan masyarakat Indonesia menginginkan kehadiran armada kapal selam kelas Kilo dari Rusia, karena dipercaya punya level teknologi lebih canggih dan punya efek deteren tinggi. Tapi yang nyata bakal hadir adalah kapal selam kelas Changbogo buatan Daewoo Shipbuilding, Korea Selatan. Pasalnya sudah ada kontrak pembelian antara Kementrian Pertahanan RI dengan pihak mitra Korea tentang pengadaan 3 unit kapal selam kelas Changbogo, disebut-sebut periode pengiriman mulai 2015 hingga 2018.

1
2
Secara teknis, Changbogo adalah lisensi dari U-209/1200 yang buatan Jerman. Daewoo shipbuilding sudah membuat 9 kapal selam sejenis untuk angkatan laut Korea Selatan. U-209 sendiri di design untuk menghancurkan kapal selam lawan, kapal permukaan, melindungi pangkalan kawan, dan misi pengintaian. Secara umum Changbogo serupa dengan Atilay-class submarine milik Turki yang memiliki penekanan pada penggunaan sistem sensor dan persenjataan buatan Jerman.

Pada saat menyelam, kapal selam ini dapat menyelam sampai kedalaman 250 meter. Dengan dilengkapi dengan 4 MTU mesin diesel, kapal selam ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum 21 knots (posisi menyelam) dan 11 knots (posisi permukaan). Kapal ini dapat membawa 8 buah 533mm/21 inch torpedo di haluan, mampu melepaskan rudal anti kapal UGM-84 Harpoon dan dipersenjatai dengan total 14 torpedo atau 28 ranjau laut. Kapal selam ini juga mampu untuk beroperasi secara terus menerus selama 2 bulan dengan 40 orang awak.

Walau pemilihan Changbogo menimbulkan pro kontra, karena ada ketidakpuasan dalam hal ToT (transfer of technology), tapi nyatanya kapal selam ini telah lama dilirik, mantan KSAL Bernard Kent Sondakh pernah melontarkan modernisasi kapal selam jenis ini pada tahun 2003. Ada beberapa alasan dipilihnya Changbogo, salah satunya TNI AL tidak perlu menyiapkan dock dan dermaga baru untuk jenis ini, sebab desain dan dimensinya nyaris serupa dengan kapal selam Type 209 yang saat ini dioperasikan TNI AL. Belum lagi, awak kapal selam TNI AL sudah terbiasa dengan teknologinya, karena mengusung platform teknologi Jerman (NATO).

Nah, dengan akan hadirnya Changbogo sebagai kekuatan armada Satuan Kapal Selam (Satkasel) TNI AL. Maka akan menjadi menarik mencermati siapa lawan tandingnya di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik yang potensial. Sudah bukan rahasia umum, bila potensi gesekan paling sering terjadi dengan Australia, Malaysia, dan Singapura. Dimana ketiga negara tersebut punya arsenal kapal selam yang cukup maju. Memang sebenarnya masih ada ada Vietnam yang punya 1 unit kapal selam kelas Kilo. Tapi karena Vietnam tidak pernah bergesekan dengan kepentingan Indonesia. Satu yang perlu dicatat, kesemua negara operator kapal selam yang disebutkan diatas, sama-sama mengusung jenis kapal selam diesel listrik. Dan inilah sajian hasil polling Indomiliter.com.

 Collins Class RAN (Australia)

Collins Class milik AL Australia dipecaya oleh sebagian besar responden sebagai lawan tanding terberat Changbogo TNI AL. Dari 726 responden, 306 responden (42,15%) memilih Collins Class yang dibuat oleh ASC (Australian Submarine Corporation). 


RAN kini memiliki 6 unit kapal selam jenis ini. Kapal selam ini tergolong baru, yakni pertama meluncur pada tahun 1996. Kemamapuan persenjataan yang bisa dibawa mencakup 22 torpedo 530 mm, bisa dikombinasikan dengan torpedo Mark48 Mod 7 CBASS, kemudian bisa meluncurkan rudal anti kapal UGM-84C Harpoon, dan sanggup menabur 44 ranjau laut Stonefish Mark III. Untuk bertarung, terdapat 6 tabung peluncur torpedo pada sisi haluan. Untuk misi intai, Collins Class sanggup menyelam selama 70 hari terus menerus. Ditenagai mesin x Jeumont-Schneider DC motor (7,200 shp or 5.4 MW), kapal selam ini dapat menjejah hingga 20.000 km.

collins6
HMAS Sheean dalam parade di Sydney
HMAS Sheean dalam parade di Sydney

Scorpene Class TLDM (Malaysia)

Sebanyak 260 responden (35,81%) memilih Scorpene Class milik AL Malaysia sebagai penentang kedua terberat untuk armada kapal selam TNI AL. Malaysia memiliki dua kapal selam Scorpene yang dipesan ke Perancis pada 5 Juni 2002 seharga 1 miliar Poundsterling. Scorpene dikerjakan oleh Galapangan Kapal Perancis DCNS bersama rekannya Galangan Kapal Navantia Spanyol. Kapal selam ini dilengkapi dengan 18 torpedo Blackshark dan Exocet SM-39. Scorpen pertama Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman, diserahkan pada tahun 2009. Sementara Scorpene kedua KD Tunku Abdul Rahman mengalami masalah tidak bisa menyelam dan kerusakan coolant system, sehingga mengalami penundaan pengiriman.


KD Tun Razak TLDM
KD Tun Razak TLDM

Sjoorman Class RSN (Singapura)

Sjoorman class dipilih oleh 160 responden (22,04%) sebagai lawan tanding ketiga terberat untuk kapal selama TNI AL. Singapura kini dianggap memiliki kekuatan kapal selam terbaik di Asia Tenggara dengan kekuatan 6 unit kapal selam. Empat kapal selam Singapura merupakan varian kelas Challenger. Dibeli dari Swedia pada tahu 1990 dan baru dikirim antara 1995-1997, kapal selam kelas Challenger berbobot 12.000 ton saat menyelam dan dapat mampu melakukan perjalanan bawah air dengan kecepatan sekitar 20 knot. Setiap kapal selam dilengkapi 6 tabung torpedo dan membawa sekitar 10 torpedo Swedia Tipe 613 an 4 torpedo Tipe 431. Nah, menurut situs resmi departemen pertahanan Singapura mindef.gov.sg, kapal-kapal selam ini merupakan kapal selam bekas dari Sjoorman class buatan Swedia.


RSS Conqueror milik AL Singapura
RSS Conqueror milik AL Singapura

Seiring dengan semakin menuanya usia kapal selam ex AL Swedia, Singapura kembali melirik Swedia untuk membangun armada bawah lautnya, akhirnya setuju untuk membeli dua kapal selam kelas Archer pada tahun 2005. Kapal selam kelas Archer merupakan versi upgrade dari kapal selam diesel listrik kelas Västergötland yang sejak lama digunakan Angkatan Laut Swedia. 

Kapal selam Archer memiliki sistem propulsi udara independen (AIP), yang memungkinkan tetap bisa beroperasi di dalam air selama berminggu-minggu (tanpa muncul ke permukaan.). Kapal Selam kelas Archer dilengkapi 9 tabung torpedo dan membawa 12 torpedo Black Shark, 6 torpedo ringan tipe 431/451, serta ranjau. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Collins Class, Kapal Selam Gagal?

Kapal selam kelas Collins dapat dikategorikan sebagai kapal selam gagal. Salah satu kapal selam ini yaitu HMAS Farncomb pada Maret 2007 pernah tersangkut jaring nelayan ketika sedang melaksanakan misi intelijen di perairan Indonesia. Musibah itu nyaris memakan korban beberapa awak kapal selam tersebut.

Berbagai permasalahan teknis selalu menghantui kapal selam buatan Australia ini. Entah itu kerusakan combat system, kerusakan generator dan lain sebagainya. Tentu menjadi pertanyaan mengapa kapal selam yang diluncurkan dari galangan ASC ini mengalami “kutukan” selama masa dinasnya di Royal Australian Navy?

Semua itu berawal dari keinginan pemerintah Australia mengoperasikan kapal selam yang tidak digunakan oleh Angkatan Laut lain di dunia. Pemerintahan di Canberra lebih memilih pendekatan desain daripada off-the-shelf. Kapal selam kelas Collins desain dasarnya adalah kapal selam Vastergotland asal Kockum AB, Swedia yang kemudian didesain ulang oleh ASC. Melalui desain ulang, dimensi kapal selam mengalami pembesaran beberapa kali dibandingkan aslinya.

Selain itu combat system-nya menggunakan buatan Rockwell Internasional, Amerika Serikat. Tidak memakai combat system buatan Eropa yang digunakan oleh kapal selam Vastergotland. Di situlah kesalahan awal dan sekalipun pemicu dari segala permasalahan yang melingkupi kapal selam kelas Collins.

Proses loading torpedo pada Collins class
Proses loading torpedo pada Collins class

MichaelMullan_13_07


Kapal selam buatan Swedia secara filosofis dirancang untuk beroperasi di perairan Laut Baltik dan bukan untuk di perairan laut dalam atau samudera. Sedangkan kapal selam kelas Collins yang merupakan pembesaran dari kelas Vastergotland dirancang untuk beroperasi di laut lepas. Namun yang luput dari perhatian para perancang Australia adalah pembesaran dimensi kapal selam bukanlah jawaban terhadap kebutuhan operasional yang diinginkan oleh Angkatan Laut negeri itu.(IM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar