Jumat, 10 Juni 2011

Tak Perlu Ditanggapi..Karena Itu Hanyalah Sampah


Beberapa waktu lalu kita telah mendapatkan sebuah pelajaran dari wacana politik yang sempat beberapa lama beredar di ruang publik.  Ketika dalam pidatonya di bandara Halim Perdanakusuma Presiden SBY secara serius menanggapi soal “SMS Fitnah” yang ditujukan kepada dirinya dan juga beberapa tokoh Partai Demokrat lainnya, banyak pengamat politik yang mengomentarinya sebagai sebuah komunikasi politik yang buruk. Menurut mereka, masyarakat tidaklah bodoh dan mudah percaya pada SMS-SMS sampah semacam itu. Selain itu, hal-hal yang sifatnya personal tersebut semestinya tidak perlu ditanggapi sendiri oleh presiden. Seharusnya peran tersebut diserahkan kepada juru bicara presiden atau staf ahli terkait.  Komunikasi politik yang buruk tersebut diyakini dapat memperburuk citra Presiden SBY di mata publik dan juga merugikan kepentingan politik Partai Demokrat pada pemilu 2014 mendatang.        

Komunikasi politik yang buruk nampaknya juga diperlihatkan oleh sejumlah kader Partai Golkar ketika menanggapi “gosip Mr. A” yang sengaja dilempar ke ruang publik oleh Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan untuk mengalihkan isu seputar Nazaruddin.  Sangat disayangkan mereka dengan mudah terpancing oleh isu murahan yang dilontarkan oleh Ramadhan Pohan.

Pelajaran pertama yang bisa dipetik dari dua kejadian tersebut adalah bahwa, lagi-lagi, cara-cara kotor dalam berpolitik telah diperlihatkan oleh elite partai politik yang notabene merupakan partai-partai politik mitra koalisi dengan perolehan suara terbesar.  Apabila perseteruan tidak sehat antara Partai Demokrat dan Partai Golkar terus berlanjut hingga pemilu 2014 maka dalam hal ini, menurut saya, yang paling diuntungkan adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.  

Kedua, walaupun disebut sebagai komunikasi politik yang buruk, bantahan Presiden SBY dan juga pembelaan sejumlah kader Partai Golkar tersebut, menurut saya, merupakan suatu hal yang wajar dan sangat manusiawi. Bahkan dari sisi pendidikan politik hal tersebut dapat dipandang sebagai hal yang sangat positip karena secara tidak langsung telah memperlihatkan kepada masyarakat tentang adanya cara-cara berpolitik yang tidak sehat yang dilakukan oleh sebagain elite politik kita.     

Ketiga, saya kira masih terlalu pagi mengkaitkan antara komunikasi politik buruk yang dilakukan sebagian elite partai politik pada saat ini dengan dampak negatipnya terhadap hasil perolehan suara pada pemilu 2014 mendatang.  Masih banyak hal dan peristiwa politik yang akan terjadi, dan sebagian mungkin merupakan suatu kejutan, dalam rentang waktu yang cukup panjang hingga pemilu 2014 nanti yang akan berpengaruh pada hasil perolehan suara.       

Keempat, meskipun berbagai tanggapan atau bantahan terhadap “SMS fitnah” dan “gosip Mr. A” tersebut dinilai oleh banyak pengamat politik sebagai sampah, tetapi satu hal yang harus diingat bahwa sampah-sampah (politik) tersebut telah membawa banyak keuntungan bagi media. Tak peduli apakah isi berita itu benar atau salah, tapi slogan “Bad News is Good News” masih berlaku. Barangkali yang perlu kita waspadai adalah jangan sampai sampah-sampah tersebut didaur-ulang secara tidak sehat, digandakan dalam kemasan menarik, dan lalu dijual atau dibagi-bagikan secara gratis kepada publik.

Saya kira publik perlu diingatkan (kembali) supaya tidak terjebak oleh berbagai iklan media dan tidak mengkonsumsi sampah-sampah daur-ulang yang dapat membahayakan hidupnya.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar