Jumat, 25 Oktober 2013

Gripen NG dan Transfer Teknologi: Multirole Fighter Yang Layak Jadi Pengganti F-5E Tiger II TNI AU

gripen-ng

Diterimanya batch kedua JAS-39 Gripen oleh RTAF (AU Thailand) merupakan berita menarik di bulan Oktober ini. Namun yang hendak saya tekankan disini bukan pesawatnya, namun paket yang diikutsertakan dalam pembelian tersebut. 



Thailand mengeluarkan dana USD 1,1 miliar dollar untuk membeli 12 unit JAS-39 Gripen beserta system AEW (Airborne Early Warning) Erieye. Namun imbal beli yang diperoleh Thailand sangat menarik. SAAB membuat joint venture dengan Thai Avia Satcom yang akan bergerak di bidang pengembangan alat canggih dan bahakn tidak menutup kemungkinan jika ke depannya Thailand menjadi sub kontraktor SAAB dalam produksi JAS-39 Gripen E/F seperti yang sudah dialami oleh Afrika Selatan yang menjadi sub kontraktor untuk komponen fuselage (badan pesawat) dan system senjata Gripen E/F (Next Generation). Afrika Selatan adalah pembeli pertama Gripen C/D di awal tahun 2000-an dengan jumlah 26 pesawat.

Ini merupakan kemenangan bagi SAAB setelah memenangkan tender pengadaan di Swiss untuk menggantikan armada F-5E Tiger II mereka. Bedanya Swiss memperoleh kompensasi 100% offset yang diberikan kepada industri dirgantara Swiss , yaitu Pilatus dan RUAG (Rüstungs Unternehmen Aktiengesellschaft; Joint Stock Defense Company) . Tujuan Offset 100% ini adalah untuk kemandirian perawatan 22 unit Gripen yang akan dimiliki Swiss secara jangka panjang , plus Swiss juga bisa menjual komponen suku cadang Gripen NG  ke berbagai negara yang akan memakainya.

Penawaran Gripen ke Brazil untuk menggantikan armada F-5E mereka juga tak kalah menariknya. SAAB menawarkan varian Sea Gripen untuk Kapal indk Brazil yang saat ini menjadi sarang A-4 Skyhawk. Penawaran Transfer technology yang ditawarkan ke Brazil adalah seperti pada gambar di bawah ini.

1
Gripen Next Generation

Gripen Next generation yang ditawarkan Swedia sebenarnya termasuk pesawat generasi 4.5 ++. Diamana pesawat sudah dilengkapi radar AESA SELEX Galielo, salah satu kelebihan radar AESA adalah sulit di-jamming dan memiliki pancaran radar yang lebih luas untuk menangkap obyek baik di permukaan maupun di udara.


Salah satu kelebihan lain Gripen adalah bisa membagi  deteksi radar mereka . Jadi 4 pesawat bisa saling membagi data, melalui datalink mereka dalam patroli sehingga menjadi seperti mini AWACS  dalam suatu patroli rutin. Tentu saja ini suatu keuntungan besar bagi Negara yang luas seperti Indonesia.

Selain memiliki kemampuan di atas , adalah daya angkut senjata Gripen NG yang mampu menggotong sebesar 6 ton seperti list di foto bawah ini

2

Keunggulan dalam membawa senjata selain mampu membawa rudal AAM jarak pendek dan jarak jauh pesawat ini mampu berperan sebagai pesawat serang maritim dengan membawa 2 RBS-15 yang berjarak jangkau 250 km. Seperti yang kita ketahui sekalipun kita adalah negara maritim namun selama 45 tahun sejak Orde Baru TNI AU tidak memiliki pesawat berkemampuan serang maritim seperti Tu-16KS dan Il-28T yang pernah dimiliki TNI di tahun 60-an. Saat ini baru Su-30MK saja yang dilengkapi dengan kemampuan secara terbatas.


Dan yang paling menarik dari Gripen NG adalah biaya perawatannya yang diklaim paling murah dibanding pesawat sekelasnya, setelah 4 tahun mengoperasikan Gripen C/D , Thailand mengaku sangat puas  akan kinerja pesawat ini, karena biaya operasional yang sangat murah diklaim separuh dari F-16A/B milik Thailand.

259h5k8

Ragam senjata pada Gripen NG
Ragam senjata pada Gripen NG

Cost per Flying Hour atau biaya terbang per jam adalah patokan untuk urusan perawatan pesawat , komponen yang dihitung biasanya adalah suku cadang, BBM dan gaji operator yang meliputi pilot dan kru darat. Biaya perawatan yang murah ini mendorong India dan Brazil untuk mempertimbangkan Gripen kembali, sekalipun di awalnya keduanya tertartik kepada Rafale dan Super Hornet , apalagi saat ini semakin banyak komponennya yang bisa diproduksi sendiri seperti yang diinginkan Brazil dan India.

Selain keunggulan di atas, Gripen NG juga memiliki jarak tempuh sejauh1.300 km dan bisa didukung dengan KC-130B Hercules TNI-AU karena memiliki system IFR probe seperti yang dimilki Sukhoi Su-30 Flanker dan Hawk 200. Dan paling terakhir adalah kemampuan STOL (short take off landing)-nya, yakni dapat mendarat di landasan pendek, sehingga ia bisa  dioperasikan dari seluruh landasan udara di Indonesia.

Keunggulan Gripen NG dan Transfer Teknologinya Bagi Indonesia

Melihat keunggulan yang ditawarkan ke Swiss, Thailand dan Brazil, maka tak ragu mengenai keunggulan offset dan kerjasama yang ditawarkan Gripen NG nantinya akan memiliki dampak signifikan bagi BUMNIS Indonesia, terutama bagi PT DI dan PT LEN yang tentunya akan memperoleh teknologi yang akan dikembangkan tidak sedikit, melainkan akan menjadi suatu loncatan besar ke depan bagi industri kita. Bisa menyediakan perawatan dan memiliki kemampuan ekspor komponen pesawat tempur tentulah banyak dicita-citakan oleh teknokrat kita. Selain itu jika kita membeli system Erieye seperti yang dimiliki Thailand, maka system ini bias dipasang di CN-235 yang diproduksi PT DI.



Gripen menganut sistem STOL, ideal untuk dioperasikan dari landasan yang pendek.
Gripen menganut STOL, ideal untuk dioperasikan dari landasan yang pendek.


Tampilan kokpit Gripen
Tampilan kokpit Gripen

Dan yang kedua tentunyalah kita tidak rugi mengoperasikan alutsista yang serba bisa ini untuk saling mengisi dengan armada Flanker kita karena kemampuanya yang besar seperti yang disebutkan di atas mampu berperan sebagai mini AWACS, misi serang maritim, serang darat dan patroli udara. Tentunya ini suatu kemajuanbesar bagi pertahana  negeri ini. Ibaratnya sekali dayung dua tiga pulau terlampaui karena kita memiliki alutsista canggih, memiliki kemampuan bekerjasa di bidang AEW yang dipasang di CN-235 dan bisa ditawarkan di pasaran ekspor dengan menggandeng SAAB, kemampuan merawat Gripen dan menjadi partner SAAB, serta menjadi produsesn komponen Gripen NG untuk diekspor bagi negara calon pemakainya.

Pengganti F-5 E/F Tiger II TNI AU

Seiring menuanya usia pakai jet tempur TNI AU, modernisasi menjadi program yang wajib dilakukan. Bila A-4E Skyhawk telah digantikan oleh Hawk 200, kemudian jet latih lanjut Hawk MK53 digantikan oleh T-50i Golden Eagle, lantas bagaimana dengan nasib F-5E/F Tiger II yang ada di skadron 14? Dari segi usia pakai, jet tempur bermesin ganda ini memang masih bisa digunakan hingga tahun 2020. Tapi disisi lain, teknologi dan update sistem senjatanya sudah ketinggalan. Shelter F-5 pun tengah disiapkan di museum Dirgantara – Yogyakarta, menyiratkan bahwa sang Macam tak lama lagi memang akan masuk masa pensiun.



Kemampuan isi bahan bakar di udara menjadi poin penting untuk standar jet tempur TNI AU
Kemampuan isi bahan bakar di udara menjadi poin penting untuk standar jet tempur TNI AU

Melihat kehandalan yang ditawarkan Gripen, terutama pada contoh kasus di Thailand, maka akan sangat ideal bila jet asal Swedia ini dapat dicanangkan sebagai pengganti F-5E/F Tiger II. Dengan segala keunggulannya yang telah diulas, rasanya Gripen layak menjadi jet tempur garis depan untuk TNI AU.

(Robert Tanoni|IM)
Spesifikasi Gripen NG
3



Tidak ada komentar:

Posting Komentar