"Kemungkinan itu kuat. Kita sudah bubarkan kamp-kamp pelatihan mereka di Poso. Dari situ kemungkinan para teroris itu kembali ke kampung halaman," kata Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Jakarta, Minggu (18/8).
Beberapa teroris yang berhasil lolos dari penyergapan kembali ke daerahnya masing-masing dan mulai beraksi. Mereka ada yang kembali ke Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan berbagai daerah di Pulau Jawa. Diduga para teroris yang kembali itu melakukan aksi teror seperti penembakan gelap.
Polisi juga menduga para pelaku sudah merencanakan aksi penembakan tersebut. "Dari semua sasaran, yang menjadi korban sepertinya sudah ditargetkan. Semua kejadian sepertinya sudah direncanakan," kata Boy.
Adanya penembakan-penembakan tersebut, ujar Boy, tidak mengendurkan kinerja personel kepolisian dalam mengamankan masyarakat. Dalam bertugas, personel kepolisian sudah memperhitungkan risiko di lapangan. "Risiko sudah kita pelajari, termasuk dinamika dan kondisi apa pun di lapangan," kata Boy.
Secara terpisah, pengamat terorisme, Mardigu Wowiek Prasantyo, mengatakan penembakan gelap yang dilakukan orang tak bertanggung jawab terhadap personel kepolisian yang sedang bertugas dikhawatirkan akan memicu kelompok-kelompok teroris lainnya untuk melakukan hal yang sama. Diperlukan ketegasan dan "sikap keras" Polri dalam menindak para pelaku dan menuntaskan kasus tersebut.
"Saya khawatir, bila Polri bersikap lamban dan lembek dalam menyikapi kasus tiga penembakan gelap terhadap personel Polri tersebut, malah akan menginspirasi kelompok-kelompok radikal lainnya untuk melakukan hal yang sama. "Saya lihat ini akan terus berlanjut. Kalau tidak ada ketegasan dan sikap keras dari Polri, akan ada terus penembakan-penembakan itu. Kasihan polisi-polisi yang bertugas di lapangan, selalu jadi korban dalam penembakan-penembakan gelap tersebut," ujar Mardigu.
Kalau ingin pelakunya tertangkap, seluruh unit dan bagian yang ada di kepolisian harus bergerak bersama mengungkap kasus tersebut. "Jangan hanya Densus dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang aktif menelusuri dan menyelidiki kasus tersebut, tetapi semua bagian dalam institusi polisi ikut bergerak. Kalau hanya satu atau dua bagian saja, percuma," tukas Mardigu.
Orang Terlatih
Mardigu menjelaskan dari pengamatan terhadap modus operandi yang dilakukan pelaku, diduga pelaku adalah orang terlatih yang sangat membenci polisi. "Saya tidak bisa menyebut nama individu atau kelompoknya, tetapi sebut saja mereka adalah kelompok radikal yang sangat membenci pihak kepolisian. Kebencian dapat dipicu karena melihat polisi sebagai penghalang atau mereka tidak suka dengan penegakan hukum yang dilakukan pihak kepolisian," kata Mardigu.
Dengan adanya kejadian tersebut, seharusnya pimpinan Polri secara tegas memerintahkan pengejaran terhadap pelaku agar kasus tersebut cepat terungkap. "Jangan diam saja, tetapi segera lakukan langkah-langkah gradual untuk mengungkap kasus tersebut. Kalau perlu, terhadap petugas-petugas yang ada di lapangan dilengkapi dengan rompi antipeluru atau mengharuskan personelnya mengikuti latihan tambahan untuk mengantisipasi serangan yang sama," tukas Mardigu.
Pihaknya juga mendengar informasi bahwa Densus 88 telah mengamankan seseorang di Depok yang diindikasikan sebagai pelaku penembakan terhadap dua personel Polsek Pondok Aren.
Terhadap adanya informasi tersebut, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie, membantah adanya kabar tersebut. "Belum ada update dari kawan-kawan Polres Depok dan Polda Metro Jaya," ujar Ronny.
Demikian juga saat dikonfirmasi ke Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, membantah adanya penangkapan tersebut. Sebelumnya, pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, mengatakan ada dua dugaan siapa yang menjadi pelakunya.
"Yang pertama, patut diduga teroris, berada di balik dua penembakan tersebut. Kenapa teroris karena mereka memang kerap menjadikan personel Polri sebagai sasaran. Sedangkan kedua, patut diduga mereka adalah pengacau keamanan yang berusaha mengganggu keamanan di Indonesia. Motifnya bisa karena persaingan atau mungkin karena politik," tukas Bambang.
Bila pelakunya adalah pengacau keamanan, penyidik Polri harus berani mengungkap siapa, dari mana institusinya, dan apa maksudnya melakukan penembakan secara brutal tersebut. Jangan karena melibatkan institusi tertentu, tambah Bambang, malah membuat Polri tidak berani mengungkapnya.
Ada dugaan pelaku tidak akan berhenti pada kejadian kedua saja, namun akan berlanjut. "Karena selama ini pelaku melakukan penembakan di daerah-daerah urban dan bukan tidak mungkin akan terjadi di provinsi-provinsi lain. Karena itu, Polri harus segera mengungkap dan berani mengungkap pelakunya," kata Bambang.
Lebih jauh, Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan Densus 88 dan penyidik Polda Metro Jaya masih mengembangkan temuan-temuan yang ada di lokasi penembakan terhadap dua personel Polsek Pondok Aren. (KJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar