Sistem Pertahanan Udara Terintegrasi ForceSHIELD |
Beberapa unit dari STARStreak akan bersifat portable, sementara yang lain akan menggunakan sistem senjata bergerak (mobile) RAPIDRanger serta modul Lightweight Multiple Launchers (LML).
“Persenjataan ini sebagai solusi bagi Angkatan Darat Indonesia yang menandai hadirnya pendekatan baru dalam pertahanan udara canggih dari generasi terbaru ‘teknologi sensor efek’,” ujar Victor Chavez , CEO dari Thales Inggris.
RapidRanger (photo: armyrecognition.com) |
ControlMaster200 merupakan sensor utama untuk sistem pertahanan udara ‘ForceShield’. ControlMaster200 adalah radar multi misi taktis 3D jarak menengah yang berbentuk compact/mobile. Radar ini membutuhkan waktu 10 menit untuk aktif dan dapat diangkut melalui jalan darat, kereta api, pesawat taktis atau helikopter.
Control Master 200 (photo: Thales) |
The RAPIDRanger adalah kendaraan ringan peluncur rudal yang unik, sekaligus pengendalian sistem penembakan yang dapat diintegrasikan ke dalam struktur jaringan, sehingga memungkinkan dikoordinasikan dengan berbagai sistem komando dan control sistem lainnya.
Rudal Starstreak (photo: photo: Ken Best, Thales) |
Rudal STARStreak beroperasi pada kecepatan lebih dari 3 mach untuk mengalahkan ancaman yang bergerak cepat dan dalam waktu singkat. Tiga rudal STARStreak yang terpasang dalam satu modul, memaksimalkan konfigurasi penyergapan sasaran yang datang. Dengan adanya sorotan laser akurasi tingkat tinggi, memungkinkan Rudal STARStreak mencegat target yang memiliki radiasi/emisi rendah dan kebal terhadap semua tindakan pencegahan/ countermeasures.
Starstreak Portable |
Tentara Indonesia sudah mengoperasikan sistem pertahanan udara jarak pendek: RBS – 70 Swedia, Grom Polandia dan TD – 2000B Cina -semua sistem rudal VSHORAD, yang diperoleh pada 1990-an, pertengahan dan akhir tahun 2000. Masing-masing sistem ini dilengkapi dengan radar dan sistem kontrol terkait. (thales.com|JKGR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar