Senin, 21 April 2014
Sinopsis Dating Agency Cyrano Episode 2 (bagian 2)
Byung Hoon dan yang lainnya kebingungan menghadapi Min Young.
“Master!” Min Young beralih pada Seung Pyo yang berada di balik meja bar. Seung Pyo bertanya apa Min Young baik-baik saja.
“Aku baik-baik saja. Aku seharusnya memberi sesuatu sebagai tanda penghargaan.”
Min Young menumpahkan isi tasnya ke meja. Ia mengambil pisau lipat dan memberikannya pada Seung Pyo.
“Gunakan pisau ini saat mengupas kentang,” katanya. Seung Pyo menerimanya sambil tersenyum lalu membereskan barang-barang Min Young yang berserakan di meja.
“Aissshhh…terima kasih, Master,” kata Min Young sambil mengacak-acak rambut Seung Pyo dengan gemas. Byung Hoon diam-diam memperhatikan dengan wajah kesal.
Seung Pyo memberi isyarat pada Ah Rang dan Moo Jin untuk membawa Min Young pulang. Min Young terus berceloteh kalau pisau itu benda kesayangannya. Pisau itu hartanya. Ah Rang dan Moo Jin membawa Min Young keluar.
“Itu sebabnya ia bilang ia yang membayar,” gerutu Byung Hoon pada Seung Pyo.
“Semuanya 170 ribu won,” Seung Pyo mengulurkan bon.
“Biar dia saja yang bayar,” ujar Byung Hoon begitu mendengar jumlahnya.
Ia melihat Seung Pyo memainkan pisau lipat pemberian Min Young.
“Ckckck…hadiah apaan…”
“Apa salahnya dengan ini? Hal-hal biasa seperti inilah yang menyenangkan. Bukankah begitu?” tanya Seung Pyo.
Byung Hoon berkata ia tidak merasa begitu. Seung Pyo berkata mungkin karena Byung Hoon tidak pandai bersenang-senang.
“Kulihat kau mahir menggunakan pisau,” Byung Hoon mengalihkan pembicaraan.
“Aku mahir menggunakannya. Tapi sepertinya aku tidak akan memiliki kesempatan untuk menunjukkannya padamu,” kata Seung Pyo.
Setelah itu Byung Hoon pamit dan pergi.
Begitu restoran kosong, Min Sik dan Young Dal (dua orang rentenir) muncul dari tempat persembunyian mereka. Hmmm…berarti Byung Hoon tidak tahu kedua orang ini bekerja untuk Seung Pyo.
Seung Pyo berkata mulai sekarang Min Sik dan Young Dal tidak perlu bersembunyi lagi. Ia juga memerintahkan agar keduanya tetap membantu Byung Hoon untuk sementara. Young Dal berkata hal ini hanya akan menguntungkan Byung Hoon. Satu pandangan dari Seung Pyo langsung membuatnya bungkam.
Min Young terbangun di teater (kantor Cyrano). Ia mendengar suara dari ruangan lain. Min Young menuju darimana suara itu berasal. Ia menemukan Byung Hoon sedang menonton sebuah video rekaman. Video itu nampaknya diambil pada masa SMA karena ada seorang gadis dan dua orang pemuda yang berfoto bersama dalam persiapan sebuah acara sekolah. Mungkin salah satu pemuda itu adalah Byung Hoon ketika masih SMA?
Byung Hoon melirik dan melihat Min Young. Ia memadamkan video itu dan memberi isyarat agar Min Young masuk. Ia bertanya apa Min Young menonton video tadi.
Min Young protes karena Byung Hoon menjulukinya batu gong (setengah kosong). Byung Hoon berkata seperti itulah otak Min Young. Setengah kosong.
“Kalau begitu aku harus menyebut apa untuk orang yang menonton video di tengah malam tanpa tidur?” tanya Min Young.
Byung Hoon langsung mengalihkan pembicaraan. Ia berkata Min Young tipe yang cepat sadar dari mabuk. Semakin cepat sadar, semakin cepat rasa malu datang (karena kata-kata dan kelakuan memalukan saat mabuk). Ia meledek Min Young masih berani muncul di sini setelah ingat kata-kata yang diucapkan saat mabuk semalam.
Tapi Min Young tidak tersinggung sama sekali. Apa yang diucapkan seseorang saat mabuk biasanya 100% kejujuran. Dan apa yang dikatakannya semalam memang datang dari hatinya. Ia benar-benar ingin menemukan apa yang ingin ia lakukan dalam agensi ini.
Byung Hoon memberi isyarat dengan jarinya agar Min Young berjalan mendekat. Min Young menurut.
“Mengapa menurutmu kau lebih baik daripadaku?” tanya Byung Hoon, teringat ucapan Min Young semalam.
“Kau tidak punya perasaan,” jawab Min Young.
Byung Hoon berkata ia bekerja lebih baik karena ia tidak percaya pada omong kosong seperti Min Young. Ia tidak perlu didikte emosi atau perasaan bersalah dalam melakukan misinya. Ia tinggal melakukan apa yang klien minta.
“Jika kau tidak mau terluka saat melakukan pekerjaan ini, kau akan ingin mengenyampingkan perasaan tulus seperti itu,” Byung Hoon menasihati. Ia mengingatkan Min Young untuk membayar pesta semalam.
Operasi berlanjut.
Arang mengikuti Jae In. Jun Hyuk telah mengenakan pakaian ala detektifnya dan bersiap di pinggir jalan. Min Young dan Byung Hoon mengawasi jalannya operasi dari dalam van.
Saat Jae In keluar dari stasiun, Jun Hyuk langsung berlari ke tempat yang terlihat agar Jae In bisa melihatnya. Dan tentu saja Jae In langsung mengenali sosok yang selama ini membuatnya penasaran.
Jae In mengikuti Jun Hyuk. Arang yang mengikuti di belakangnya tersenyum karena Jae In telah memakan umpan mereka. Byung Hoon menyuruh Byung Hoon berjalan ke tempat yang telah direncanakan.
Jae In terus mengikuti Byung Hoon. Setiap kali Jun Hyuk berbalik, ia langsung menutupi wajahnya dengan topi. Ia bersembunyi di balik box telepon.
Jae In melihat Moo Jin mengadakan transaksi dengan seorang pria kulit hitam. Insting detektif Jae In langsung menduga kalau itu adalah transaksi obat terlarang. Byung Hoon memberi petunjuk agar Jun Hyuk mulai bergerak. Jun Hyuk bergerak ke arah Moo Jin dan pria kulit hitam.
Moo Jin dan pria kulit hitam itu berlari ke arah berlawanan begitu melihat Jun Hyuk. Jun Hyuk mengejar si pria kulit hitam. Jae In melihat ke arah Moo Jin. Moo Jin menjalankan sepeda motornya ke arah Jae In (agar terkesan seolah-olah Moo Jin hendak mencelakakan Jae In untuk menghilangkan saksi). Tapi Jun Hyuk melompat menyelamatkan Jae In.
“Oke, kita maju ke tahap berikutnya,” Byung Hoon memberi perintah.
Jun Hyuk membantu Jae In berdiri. Jae In berkata ia tidak apa-apa. Ia bertanya apa Jun Hyuk mengingatnya.
“Stasiun kereta?” tanya Jun Hyuk ragu.
Jae In mengangguk. Ia lalu mengajak Jun Hyuk makan malam. Min Young terheran-heran. Jae In menganggap makan malam itu membosankan tapi malah mengajak Jun Hyuk makan malam.
“Tentu saja. Bukan makan malamnya yang membosankan, tapi orangnya,” ujar Byung Hoon. Min Young mengangguk.
“Kudengar kau sering dicampakkan,” olok Byung Hoon.
“Aiiih…tidak sopan mengingat-ngingat perkataan orang mabuk.”
“Pekerjaanmu adalah membuat cinta menjadi kenyataan tapi kau berkali-kali ditolak. Dengar, faktor terpenting dalam percintaan adalah bagaimana kau memenuhi fantasi seseorang. Itulah saat di mana kau harus bersikap misterius. Gadis yang terang-terangan seperti kau akan selalu ditolak. Kenapa? Karena mereka bosan padamu.”
“Aku bukan tipe yang membosankan, tahu? Hanya saja kecantikanku tersembunyi di dalam. Mereka kesulitan menemukannya,” kata Min Young kesal.
“Jika mereka tidak bisa menemukannya, berarti memang tidak ada di sana.”
Min Young berusaha menahan kekesalannya. Byung Hoon menasihati Min Young untuk belajar bagaimana memenuhi fantasi orang lain sebelum terlambat.
“Menggelikan. Kau bahkan tidak percaya cinta tapi kau banyak mempelajarinya,” timpal Min Young.
Jae In bertanya-tanya kenapa selama ini ia tidak pernah melihat Jun Hyuk di perpustakaan.
“Tidak tahu. Ah, kurasa agar pertemuan kita menjadi lebih spesial,” Jun Hyuk mengulang kata-kata yang didiktekan Byung Hoon padanya.
Ponsel Jun Hyuk bergetar. Ia mengangkatnya dan terlihat kaget. Ia berkata ia harus pergi ke suatu tempat. Apakah Jae In akan menunggunya? Atau…
“Tidak…aku akan menunggu. Pergilah sesukamu,” kata Jae In.
Jun Hyuk berjalan menuju tempat hiburan malam. Ia lalu menghajar para gangster (yang terdiri dari Moo Jin, Min Sik, dan Young Dal) dengan gaya cool.
“Aku ingin bersenang-senang lebih lagi tapi ada seorang gadis menungguku,” katanya.
Saat ia berbalik, Jae In berjalan ke arahnya dengan gaya seksi.
“Kau seharusnya mengajakku jika kau benar-benar memikirkan aku,” ujarnya. Ia melempar topinya hingga membuat Min Sik terpental. Jun Hyuk menatap Jae In.
“Apakah kau ingin segelas air?” tanyanya.
Jae In terbangun dari khayalannya. Pelayan restoran yang bertanya apakah Jae In ingin menambah air.
Jun Hyuk sebenarnya berada di van Cyrano. Arang mendandaninya dengan darah palsu. Hati nurani Min Young kembali terusik. Apalagi saat ia melihat Jae In terus menanti Jun Hyuk di restoran.
Jun Hyuk kembali ke restoran dengan pura-pura kesakitan. Jae In menanyakan keadaannya. Jun Hyuk berkata ia buru-buru menyelesaikan urusannya karena tidak mau Jae In menunggu lama.
Jae In melihat noda darah di pipi Jun Hyuk. Ia bertanya apa pekerjaan Jun Hyuk.
“Tidak banyak. Aku bekerja karena aku percaya itu panggilanku. Tapi untuk orang lain, itu pekerjaan membosankan.”
“Aku tidak akan bertanya lebih banyak karena sepertinya kau tidak ingin menceritakannya. Asal kau tahu, tak peduli apapun pekerjaanmu, aku akan selalu berada di pihakmu,” Jae In tersenyum memberi semangat.
Operasi berhasil.
Min Young melepaskan kegundahannya di restoran Seung Pyo. Ia berkata kebohongan mereka semakin berlanjut. Walau hasilnya baik tapi ia tetap merasa tidak tenang. Bagaimana cara Byung Hoon menutupi semua ini nantinya?
“Seo akan mengurusnya,” kata Seung Pyo.
“Saat aku keluar dari pekerjaanku, aku senang karena aku akan bisa melihat orang-orang yang saling jatuh cinta. Tapi sekarang aku bingung. Ini benaran atau bohongan?”
“Bagaimana jika tidak benar?”
“Perlukah orang yang menyukai kentang tetap bertahan di restoran? Bagaimana jika ia (Byung Hoon) ketahuan sebelum semua berakhir? Apa aku akan dipecat?”
Seung Pyo berkata itu mungkin saja terjadi. Jika Min Young dipecat, ia bersedia memberi pekerjaan. Min Young merenung.
Keesokan paginya ia menemui Jun Hyuk. Ia bertanya apa Jun Hyuk tak apa-apa jika Jae In mengiranya sebagai orang lain.
“Aku juga terganggu dengan hal itu pada awalnya. Tapi…”
“Mengapa kita tidak memperlihatkan padanya siapa kau sebenarnya?” tanya Min Young.
Byung Hoon berada di perpustakaan tempat Jae In bekerja untuk mempersiapkan operasi berikutnya. Jae In akan pergi ke alamat Jun Hyuk yang tercatat di kartu perpustakaan. Di sanalah Jae In akan menyadari kalau Jun Hyuk adalah dokter hewan misterius yang megobati kucingnya.
Min Sik dan Young Dal berada di apartemen lain. Jae In akan mendatangi apartemen itu dan menemukan kalau itu bukan apartemen Jun Hyuk. Setelah mengetahui Jun Hyuk seorang dokter hewan dan misterius di malam hari, Jae In pasti akan langsung jatuh cinta (yang digambarkan Byung Hoon sebagai keluarnya hormon oksitosin ;p- hormon yang dikenal juga dengan hormon cinta). Dengan begitu proyek mereka rampung.
Moo Jin muncul di perpustakaan.
Min Young masih berbicara dengan Jun Hyuk. Ia berkata Jun Hyuk adalah seorang pria yang hangat. Jae In akan mudah jatuh cinta dengan Jun Hyuk saat ini. Sigh…Min Young ini tidak pernah nonton drama Korea ya? Wanita selalu jatuh cinta pada pria yang “tidak baik”, “tidak hangat”, “ tidak sopan”…sedangkan second lead yang rupawan dan bak malaikat selalu tidak mendapatkan wanita yang disukainya.
Byung Hoon menelepon Min Young. Min Young tidak mengangkatnya. Ia berkata pada Jun Hyuk kalau ini adalah kesempatan terakhir. Jun Hyuk tidak bisa mundur jika sudah mencapai tahap akhir operasi ini. Bagaimana jika Jae In mengetahui kalau selama ini ia dibohongi?
Byung Hoon curiga karena Min Young tidak juga mengangkat teleponnya. Ia menelepon Jun Hyuk. Jun Hyuk juga tidak mengangkat telepon. Jun Hyuk menerima saran Min Young. Ia akan memperlihatkan siapa dirinya sebenarnya pada Jae In.
Byung Hoon mengumumkan pada Moo Jin dan Arang kalau mereka akan menjalankan rencana C.
Jae In dan Jun Hyuk menuju perpustakaan. Moo Jin menaruh buku di meja Jae In. Seperti biasa, Jae In tidak melihat siapa yang menaruh buku itu. Tapi saat ia men-scan buku itu, nama yang keluar adalah Jin Jun Hyuk. Jae In senang. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh perpustakaan . Ia melihat Moo Jin.
Moo Jin meliriknya. Jae In mengenali Moo Jin sebagai orang yang bertransaksi dengan pria kulit hitam pada malam itu. Ia mengawasi Moo Jin dari jendela. Moo Jin melihat ke arahnya. Jae In jadi takut. Ia memutar nomor telepon Jun Hyuk.
Telepon itu langsung tersambung ke Cyrano, lalu ke ponsel….Byung Hoon. Byung Hoon mengangkat ponselnya.
Min Young berjalan masuk ke perpustakaan sementara Jun Hyuk menunggu di luar.
Byung Hoon meraih lengan Min Young.
“Kau berani menusukku dari belakang. Jadi kupikir aku akan memperlihatkan hal yang berbeda padamu. Kau sangat mudah ditebak hingga hampir mengecewakan.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Aku bisa mendengar suara langkahmu. Gong Min Young, kau dipecat. Jangan biarkan aku pernah melihatmu lagi.”
Terima kasih atas kunjungannya ^^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar