Senin, 07 Juni 2010

Severn Suzuki, Pidato Singkatnya Bungkam Dunia

Severn Suzuki, Pidato Singkatnya Bungkam Dunia


Severn Suzuki

Severn Suzuki, Pidato Singkatnya Bungkam Dunia - Para aktivis lingkungan hidup di belahan bumi manapun pasti tahu tentang sosok wanita bernama lengkap Severn Cullis-Suzuki ini. Wanita kelahiran 30 November 1979 tersebut mulai naik nama setelah pidatonya bergema dalam ruang pertemuan KTT lingkungan hidup PBB yang diadakan di Rio de Janeiro tahun 1992 lalu.

Saat itu Severn masih berusia 12 tahun, namun ia mendapat kesempatan menyampaikan pidato singkat di hadapan ribuan orang dewasa. Saat suaranya berkumandang, semua pendengar terdiam seribu bahasa...bungkam, dan tak tahu harus berkata apa. Pidato puteri ahli genetika, Tara Elizabeth Cullis, dan aktivis lingkungan, David Suzuki ini seolah berhasil membuat para pendengarnya terbius, merenung, dan kembali termotivasi untuk bangun dari kelalaian mengurus lingkungan sekitar.

Siapa dia sebenarnya? Severn hanyalah seorang wanita biasa yang memiliki kepedulian luar biasa. Dilahirkan dan dibesarkan di Vancouver, Kanada, wanita keturunan Jepang-Kanada ini dikenal sebagai seorang aktivis, pembicara, pembawa acara TV, dan juga pengarang buku. Rupanya kepeduliannya tentang lingkungan ini ia dapatkan dari sang ayah yang juga merupakan aktivis lingkungan. Terlalu sering melihat dan mendengar kepedulian sang ayah tentang bumi telah membuat hati nurani lulusan Yale ini ikut terketuk.

Kepeduliannya pun menjadi nyata saat Severn mendirikan ECO (organisasi sekelompok anak yang mendedikasikan diri untuk belajar sekaligus mengajari anak-anak muda lainnya tentang masalah lingkungan hidup) pada umur 9 tahun. Tiga tahun berlalu, dan Severn berhasil mengumpulkan dana agar bisa ikut menghadiri KTT lingkungan hidup di Rio de Janeiro. Di situlah Severn muda berpidato tentang lingkungan hidup dari perspektif anak-anak.

Pidatonya memang diucapkan dengan bahasa sederhana, namun perkataannya tersebut berhasil menuai reaksi luar biasa. Setidaknya ribuan orang terdiam saat mendengar Severn bicara, pikiran-pikiran orang picik terbuka, dan tepukan tangan tanda dukungan berhasil diraih begitu pidato berakhir. Dalam waktu sekejap, video yang menayangkan pidatonya menjadi populer dan dari kejadian tersebut, Severn mendapat julukan "The Girl Who Silenced the World for 5 Minutes" (Gadis yang membungkam dunia selama 5 menit).

Suara dan kepedulian Severn pun tak sia-sia. Usaha dan kepeduliannya mendapat penghargaan Global 500 Roll of Honor (penghargaan bagi prestasi membanggakan yang berhasil diraih oleh pribadi maupun organisasi lingkungan hidup) yang diterimanya pada tahun 1993 lalu dari UNEP (United Nations Environment Program). Pada tahun yang sama, Severn meluncurkan sebuah buku bertajuk TELL THE WORLD yang dipublikasikan oleh Doubleday. Buku setebal 32 halaman ini dibuat sebagai panduan bagi para keluarga agar mereka menjalani kehidupan yang 'ramah lingkungan'.

Pembawa acara SUZUKI'S NATURE QUEST (sebuah seri televisi yang ditayangkan oleh channel Discovery pada tahun 2002) ini juga sempat membantu melaunching sebuah organisasi bumi berbasic internet yang bernama The Sky Project. Melalui organisasi tersebut, Severn dan para anggota lainnya mengumumkan ikrar mereka yang bertajuk "Recognition of Responsibility" dalam rapat World Summit on Sustainable Development di Johannesburg pada Agustus 2002.

Meski tahun 2004 The Sky Project dibubarkan karena Severn harus fokus kembali pada studinya di University of Victoria untuk mempelajari etnobotani, namun suaranya untuk mendukung kesejahteraan lingkungan tak pernah berhenti berkumandang. Salah satu kalimat pernyataan dalam pidato 5 menitnya, Ini bukanlah akhir dari dunia, bahkan dijadikan inspirasi lagu oleh DJ asal Perancis, Laurent Wolf, pada tahun 2010 ini.

Ingin tahu seperti apa isi pidato Severn saat ia masih berusia 12 tahun? Mari kita simak bersama. [break]

Halo nama saya Severn Suzuki, berbicara atas nama ECO (Environmental Children's Organization). Kami adalah sekelompok anak berusia 12 dan 13 tahun yang ingin membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morgan Geisler, Michelle Quigg, dan diri saya sendiri. Kami mengumpulkan dana sendiri untuk bisa tiba di sini, menempuh 5000 mil untuk memberitahu Anda sekalian agar Anda mengubah cara Anda.

Pada hari ini saya tidak memiliki maksud terselubung, saya hanya mencoba berjuang untuk masa depan saya. Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kekalahan saat pemilihan umum, atau kerugian dalam transaksi bisnis di pasar.

Saya di sini mengajak semua generasi untuk peduli. Saya berbicara atas nama anak-anak yang kelaparan di seluruh dunia yang juga merasa menderita. Saya di sini berbicara untuk binatang-binatang yang tak terhitung, yang sedang sekarat di planet ini karena mereka sudah tak memiliki tempat tinggal lagi.

Saya takut untuk berada di bawah terik matahari karena adanya lubang besar pada lapisan ozon. Saya takut menghirup udara bebas karena tak tahu bahan kimia apa yang terkandung di dalamnya.

Biasanya saya suka memancing di Vancouver, rumah saya, dengan ayah saya, hingga beberapa tahun lalu, kami menangkap ikan yang dijangkiti kanker. Dan, kini kita juga berhadapan dengan punahnya berbagai jenis binatang dan tumbuhan yang setiap hari mati, hilang untuk selamanya.

Dalam hidup saya, saya telah melihat sejumlah besar hewan liar dan hutan, dipenuhi burung dan kupu-kupu. Namun sekarang saya bahkan ragu kalau mereka bakal tetap ada saat generasi anak-anak saya lahir nantinya.

Apakah Anda pernah mengkhawatirkan tentang hal-hal ini saat Anda masih seusia saya? Semua ini terjadi di depan mata kita namun kita masih bersikap bahwa belum waktunya untuk bertindak dan seolah kita punya solusinya.

Saya hanya seorang anak kecil dan saya tak punya semua solusinya. Saya ingin Anda semua menyadari, tak terkecuali siapapun, bahwa Anda tak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang di ozon. Anda tak tahu bagaimana caranya mengembalikan salmon kembali ke sungai asalnya. Anda tak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan Anda juga tidak bisa mengembalikan hutan yang kini telah berubah menjadi tanah gersang.

Jika Anda tak tahu bagaimana harus memperbaikinya, maka tolong berhentilah menghancurkannya. Di sini Anda semua mungkin mewakili negara masing-masing, para pebisnis, organisasi, atau media, atau politisi, namun sungguh ibu dan ayah kalian, saudari dan saudara, bibi dan paman, dan Anda semua, adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak dan saya tahu kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga, 5 miliar penduduk, bahkan 30 juta suku, dan apapun tak dapat mengubah kenyataan tersebut.

Saya hanyalah seorang anak dan saya tahu bahwa kita di sini, semua harus bersatu untuk melakukan sebuah tindakan demi mencapai sebuah tujuan. Dalam kemarahan saya, saya tidak buta, dan dalam ketakutan saya, saya tak takut untuk mengatakan pada dunia tentang apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami menyia-nyiakan banyak hal. Kami membeli dan membuang. Dan belum lagi dengan negara-negara bagian utara yang takkan sudi berbagi dengan yang membutuhkan bahkan bila kami mempunyai lebih dari cukup, kami tetap takut berbagi. Kami takut melepas apa yang telah kami punya.

Di Kanada, kami hidup dengan berkelimpahan. Kami punya banyak makanan, air, dan tempat tinggal. Kami punya arloji, sepeda, komputer, dan televisi. Namun, mari kita mundur 2 hari saja. Dua hari lalu, kami dikagetkan dengan berita bahwa ada anak-anak yang tidur di jalanan. Ini apa yang dikatakan seorang anak pada kami "Saya berharap, saya kaya. Dan jika saya benar-benar kaya, saya akan memberikan makanan pada semua anak jalanan, pakaian, obat-obatan, tempat tinggal, dan kasih sayang". Jika seorang anak di jalanan yang tak memiliki apapun memiliki kerinduan untuk berbagi, maka mengapa kita yang memiliki segalanya masih saja tetap serakah.

Saya tak bisa berhenti berpikir, bahwa anak-anak ini, yang seusia dengan saya, memiliki perbedaan nasib yang besar hanya karena tempat di mana mereka dilahirkan. Bahwa saya juga bisa menjadi salah satu dari mereka yang tinggal di jalanan kotor. Saya bisa saja menjadi salah seorang anak yang kelaparan di Somalia, atau korban perang di Timur Tengah, atau seorang pengemis di India.

Saya hanya seorang anak namun saya tahu bahwa jika semua dana yang dihabiskan untuk perang, dialihkan pada pemeliharaan lingkungan hidup, maka bumi ini akan menjadi tempat yang indah.

Di sekolah, bahkan di TK, Anda mengajarkan bagaimana kami harus bersikap. Anda mengajar kami agar tidak berkelahi satu sama lain, menghargai satu sama lain, bertanggung jawab terhadap apa yang telah kami perbuat, tidak menyakiti makhluk ciptaan lain, berbagi dan bukannya serakah, namun mengapa Anda sendiri melakukan hal yang Anda larang kami untuk melakukannya.

Jangan lupa mengapa Anda datang dalam konferensi ini, dan untuk siapa Anda melakukan ini semua. Kami hanya anak-anak kecil. Andalah yang menentukan bumi macam apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya bisa membuat anaknya merasa nyaman dengan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja. Ini bukanlah akhir dari dunia. Dan kami melakukan yang terbaik yang kami bisa." Namun, saya rasa Anda tidak akan bisa bicara pada kami seperti itu lagi.

Apakah kami ada dalam daftar prioritas Anda? Ayah saya selalu mengatakan "Kamu dinilai dari apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan". Sayangnya, apa yang kalian lakukan membuat saya menangis di malam hari. Anda para orang dewasa mengatakan Anda mencintai kami, namun saya menantang Anda, tolong lakukan apa yang Anda katakan. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar